Jumat, 06 April 2012

Rindu Merapi 27/12/2011

Terlepas  masih ada atau tidaknya puncak garuda itu pasca erupsi Merapi Oktober 2010, kami putuskan untuk naik Merapi hanya untuk sekedar melepas rindu menjamah puncaknya.  Tanpa banyak persiapan akhirnya liburan ala anak rantau yang sering rindu kampung halaman diputukan untuk mendaki Merapi bareng sahabat-sahabat lama di Jogja. 

Cuaca di akhir bulan Desembar tahun lalu agaknya terlihat tak seperti cuaca biasanya untuk bulan-bulan penghujung tahun yang identik dengan hujan deras, “Desember, gedhe-gedhene sumber”. Meski awal bulan pernah turun hujan, tapi pada akhir bulan cuaca agak mendukung, hal tersebutlah yang membuat kami untuk memutuskan naik Merapi.

Berangkat dari Jogja malam sekitar jam 21.00 dengan suasana hati yang senang tentunya, sepanjang jalan cerah, Merapi sedikit demi sedikit terlihat tambah gagah, dengan taburan bintang langit malam itu yang indah (wesehhhh...sok puitis diriku :D). Gas motor terus kami tancap karena sudah terlau larut malam dan udara di sepanjang jalan yang semakin dingin memaksa kami untuk segera sampai di basecamp pendakian Merapi yaitu Selo, Boyolali.

Sekitar hampir jam 00.00 kami sampai di basecamp Selo. Rehat sejenak, menghangatkan badan dengan secangkir kopi yang digilir a k a diminum salome “satu lubang rame-rame”  haha. Nikmatnya kebersamaan kala itu. Setelah cukup istirahat kami putuskan untuk mulai naik sekitar jam 01.00. 

Semakin menjauh dari basecamp Selo, semakin jauh pula dari tulisan “New Selo” yang hurufnya dibuat mirip tulisan “Hollywood” di  LA yang semakin tak terlihat. Nafas mulai tak teratur, badan mulai loyo, maklum “balung tuo”. Perasaan dulu  jalur pendakian tak senge-track  itu, terasa beda tambah curam dari yang dulu. Sekitar satu jam berjalan akhirnya jalan agak landai pun ditemui seiring ditemui persimpangan jalan yang membuat kami bingung pula. Asal jalan akhirnya kami temui lagi jalur yang kami rasa benar itu jalan menuju puncak.
Semakin lama kami berjalan semakin tak menentu cuaca malam itu. Langit berubah cenderung gelap, angin mulai berhembus kencang, kadang juga diikuti sedikit gerimis kecil. Cuaca pun semakin lama semakin bertambah tak bersahabat, angin tambah besar menjurus ke badai. Akhirnya kami putuskan untuk jalan pelan berharap bisa sampai di pos Pasar Bubrah saat sunrise. Berharap matahari akan bersinar hangat untuk menggantikan badai yang membuat kami semua kedinginan.

Akhirnya sebelum sampai di Pasar Bubrah kami putuskan untuk mencari tempat istirahat yang sedikit hangat karena terlalu bahaya jika tetap kami putuskan untuk lanjut karena masih gelap saat itu untuk terburu-buru sampai Pasar Bubrah, apalagi angin masih kencang-kencangnya. Membahayakan jika saat angin kencang seperti itu sudah di Pasar Bubrah karena tempat tersebut sangat terbuka sudah tidak terdapat vegetasi untuk berlindung.

Menggigil kedinginan itulah yang kami rasakan sambil menunggu shubuh datang dengan disuguhi angin kencang sepanjang malam. Berkumpul, duduk tak beraturan di balik bonggahan batu hanya untuk mencoba menghangatkan diri. Akhirnya subuh yang kami tunggu datang, tapi cuaca semakin tak menentu, angin semakin bertambah buruk (sholat shubuh sejenak, sambil berdoa semoga cuaca cerah). Kami putuskan untuk mengisi perut sejenak dengan logistik khas pendaki gunung kere seperti kami ini, mi instan, haha.

Perut kenyang, badan sudah ada sedikit tamabahan tenaga, akhirnya kami putuskan untuk lanjut. Baru melangkahkan kaki angin sepertinya sudah tak bisa diajak kompromi. Tinggal sejengkal lagi sampai di Pasar Bubrah. Hal tersebut membuat kami bimbang untuk memutuskan tetap naik atau tidak. Apalagi ditambah dengan turunnya para pendaki lain yang sepertinya juga tidak yakin untuk melanjutkan pendakiannya. Akhirnya dengan berat hati kami putuskan untuk turun sambil sedikit demi sedikit istirahat sejenak siapa tahu cuaca membaik. Alih-alih cuaca tambah baik malah angin semakin kencang ditambah lagi dengan hujan. 




meratapi nasib, padahal tinggal "sak plintengan" lagi puncak


rehat sejenak sebelum benar-benar turun

Tanpa kompromi kami putuskan turun daripada hujan semakin deras. Dengan perasaan yang agak kecewa akhirnya kami sampai di basecamp kembali dilengkapi dengan basah air hujan. Lengkap sudah segala penderitaan, tapi tetap menyenangkan :). Sampai di basecamp sekitar jam 09.00, kabut plus hujan deras menyelimuti. Akhirnya kami putuskan untuk menunggu kabut hilang. Siang akhirnya kabut sedikit hilang. Setelah mengisi perut dengan cukup akhirnya kami turun (balik Jogja).

Memang Merapi tak seberapa tingginya, tak seberapa lama untuk mendakinya, tak seberapa lelahnya untuk mencapai puncaknya, tapi satu hal yang paling sulit untuk menaklukkan puncaknya, yaitu cuaca dan asap belerangnya yang sangat sulit diprediksi. Kadang meski sudah lama menunggu di Pasar Bubrah untuk menanti hilangnya asap belerang, tapi tetap saja sampai siang asap belerang tak kunjung pergi dari puncak. Sudah tiga kali ini saya mendaki Merapi, tapi baru sekali mencapai puncak (sekitar 5 tahun yang lalu), itupun dalam keadaan asap belerang masih tebal (nekat). Entah mana itu puncak garuda yang menjadi ciri khas puncak Merapi, tapi kami yakin itu puncak yang kami pijak meski tertutup asap belerang, kami rasa juga itu puncak garuda (sayangnya g terlihat jelas hahahaha). -calonpemikir-

Selasa, 03 April 2012

FCB v AC Milan. Tahukah Anda...

Barcelona dan AC Milan berjuang untuk memperoleh tempat di semifinal Liga Champions, sebuah pertandingan yang akan menimbulkan rasa penasaran pastinya, siapakah yang akan lolos ke semifinal?




- Barca telah memenangkan 11 dari 13 pertandingan kandang di babak perempat final Liga Champions, termasuk semua empat pertandingan terakhir.

- Dalam kompetisi Eropa, Barcelona telah menang 3 dari 5 pertemuan dengan AC Milan dimana pada leg pertama imbang 0 - 0

- Di Eropa, Barca belum kalah di kandang selama 14 pertandingan dari 16 pertandingan terakhir mereka.

- Enam pertandingan resmi antara Barca dan AC Milan di Camp Nou telah menghasilkan dua kemenangan kandang, satu tandang dan tiga kali seri untuk Barcelona.

- Jika Barca lolos, itu akan menjadi pertama kalinya tim yang lolos lima kali berturut-turut di semifinal Liga Champions.

- The “Rossoneri” pernah lolos 11 kali dari 14 babak perempat final Piala Eropa.

- Milan belum pernah di Eropa musim ini, tiga kali imbang dan satu kali kalah.

- Sejak 1989 belum pernah ada adu penalti saat penyisihan  Liga Champions Eropa di Camp Nou.

- Meskipun bermain imbang 0-0 di leg pertama, Barca masih merupakan tim dengan nilai tertinggi dalam kompetisi, dengan 30 gol.

- Barca juga merupakan tim yang paling sedikit melakukan pelanggaran (87 kali) dan menerima kartu kuning paling sedikit (11 kartu).

- Charles Puyol, sang kapten juga bisa bermain di pertandingan 550 resminya malam ini, yang akan menggeser Miguel dan menempatkan dia ke dalam daftar kedua  sepanjang masa penampilannya di Barca.

- Jika salah satu pemain Milan,  Nocerino, Nesta atau Ambrosini mendapatkan kartu malam ini, Milan akan kehilangan mereka pada pertandingan berikutnya.

- Milan telah memenangkan 10 dari 16 pertandingan musim ini di Serie A.