Kamis, 22 Desember 2011

Dua Hari Terakhir yang Penuh Makna

Selasa kala itu, kita kembali berkumpul duhai keluarga lama, kembali silaturahmi itu tumbuh setelah sekian lama kita tak berkumpul seperti saat dahulu saat kita masih bersama selama satu tahun, duhai kelurgaku. Kita berkumpul untuk memeriahkan secerca usaha untuk menggapai kembali apa itu yang namanya juara.

Sebuah usaha tentunya hanya berasal dari kita sendiri bukan dari orang lain apabila kita ingin sukses, sukses untuk mengambil apa itu yang namanya juara duhai keluarga. Masih ingat tentunya keluargaku, beberapa waktu yang lalu, ketika kita sama-sama berjuang keras untuk merebut kata juara itu. Penuh keringat, penuh kerja keras, penuh harapan dalam kebersamaan untuk mendapatkan titel juara itu. Tanpa dukungan, tanpa loyalitas, tanpa sebuah totalitas dari kalian keluargaku, mustahil semua itu bisa kita dapatkan.

Kita semua tentunya tahu, usaha tanpa doa namanya hanyalah sebuah kesombongan. Kita berusaha, Tuhan lah yang pada akhirnya menentukan hasilnya. Tuhan pasti tahu hasil terbaik seperti apakah yang pantas kita terima. Kala itu kebersamaan kita begitu terasa, kebersamaan untuk berusaha semaksimal mungkin meraih yang terbaik, yang pada akhirnya Tuhan memberikan kita hal yang menurut-Nya mungkin terbaik bagi kita, kita menjadi juara, juara untuk kebersamaan kita, hal yang pantas kita syukuri tentunya. Alhamdulillah.

Kembali lagi kita dihadapkan kepada sesuatu yang menuntut kita untuk mempertahankan apa itu yang namanya juara. Kebersamaan itu terasa lahir kembali saat itu, saat kita merasakan sebuah babak perebutan juara. Dukungan kalian sungguh luar biasa, semangat kalian sungguh mempesona, saya salut. Keringat kita peras bersama, berjuang sekuat tenaga, tentunya tersirat doa. Kala itu hasil akhir tak seperti yang kita harapkan, kita belum bisa mempertahankan juara itu, tapi kita tahu mungkin ada makna lain ingin Tuhan sampaikan kepada kita. Apalah arti juara, apabila setelah itu kita tidak bisa merasakan kembali rasa bersama, yaa mungkin itu makna yang bisa kita petik, yakni kebersamaan. Walaupun tidak bisa meraih hal yang kita inginkan tapi ada hal yang lebih indah bisa kita dapat, sebuah rasa kebersamaan dari keluarga lama. Tanpa kebersamaan seperti itu, mungkin kita tidak akan seperti ini, tidak sehebat ini. Kebersamaan yang kembali menyambung tali silaturahmi, mungkin itu makna yang terpenting. Indahnya silaturahmi saat itu, mudah-mudahan bisa terus terpupuk.

Rabu hari ini pun, menjadi hari yang bisa saya ambil hikmahnya. Kembali sebuah pelajaran yang berharga, sebuah tali silaturahmi dari sahabat-sahabat baru mulai bersemi. Diawali dari menjamah bersama-sama indahnya ciptaan-Nya, alam pegunungan Taman Nasional Gede Pangrango, yang pada akhirnya juga melahirkan sebuah kebersamaan. Mungkin Tuhan ingin merangkai apa itu yang namanya tali silaturahmi, silaturahmi yang mulai terkembang melalui seseorang dari kami yang dengan ikhlas mau berbagi bersama, mau membagi rejekinya kepada kita semua, agar tali silaturahmi ini bisa terus terjaga. Sungguh saya tidak menyangka, pendakian bersama itu bisa melahirkan rasa kebersamaan yang begitu indahnya ini. Yaa, pada akhirnya apa yang kita lakukan itu pasti terselip arti, sebuah arti positif tentunya, dimana arti dari tindakan yang saya lakukan 2 hari terakhir ini mungkin itu adalah tentang begitu indahnya silaturahmi itu. Salam harapan! 

-catatancalonpemikir-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar